Menilik Badak Jawa, Badak Bercula Satu dari Indonesia
daftarhewan.com. Badak Bercula Satu. Akibat berbagai konflik dan ancaman, populasi badak Jawa bercula satu yang dalam Bahasa Inggris disebut Javan Rhino ini terus menurun, hingga mendekati kepunahan. Dalam kondisi ini, eksistensi badak Jawa semakin dipertaruhkan.
Populasi badak bercula satu yang menipis, berimplikasi pada perkawinan sedarah, yang berujung pada hilangnya variabilitas dan vitalitas genetik. Bahkan, sekalipun badak Jawa mendiami wilayah yang aman dan kondusif, area tersebut terlalu kecil untuk menjaga kelestarian spesies mereka dalam jangka panjang.
Terlebih, badak Jawa juga harus menghadapi kenyataan bahwa selain perburuan liar, ada pula ancaman kehilangan habitat karena kepentingan pembangunan dan pertanian. Habitat yang tersisa pun tidak cukup besar untuk mendukung pertumbuhan populasi badak Jawa secara signifikan, baik sekarang atau di masa depan.
Maka, upaya konservasi badak Jawa bergerak untuk membentuk kembali populasi badak Jawa dan melakukan peremajaan pada kawasan yang menjadi habitat alami mereka.
Dan, meski kita tidak memiliki kuasa untuk melakukan hal besar dalam menjaga kelestarian badak Jawa, setidaknya kita perlu menggali informasi dan membuka mata terhadap entitas mereka.
Badak Jawa, dari Karakteristik, Perilaku hingga Fakta Menarik
Berikut ini informasi penting yang perlu Anda ketahui tentang seluk-beluk badak Jawa:
a. Karakteristik Badak Jawa
- Ukuran
Badak Jawa merupakan kerabat yang lebih kecil dan lebih ringan dari badak India(greater one-horned rhino). Tinggi badak Jawa sekitar 1,4–1,7 meter dari bahu.
Meski tidak tampak perbedaan ukuran yang signifikan antara jantan dan betina, namun informasi yang terkumpul di Ujung Kulon dan kerangka di museum, menunjukkan kemungkinan bahwa badak Jawa betina sedikit lebih besar dari jantan.
- Berat
Dari penimbangan sebagian individu, diperkirakan berat badak jawa sebanding dengan badak hitam Afrika. Berat mereka berkisar antara 900–2300 kilogram.
- Masa hidup
Diperkirakan, masa hidup rata-rata badak Jawa berkisar antara 35–40 tahun di alam liar.
- Warna kulit
Kulit badak Jawa umumnya berwarna abu-abu atau abu-abu kecoklatan, yang nampak lebih hitam ketika basah, dengan warna merah jambu pada bagian lipatan.
- Cula
Badak jawa memiliki cula tunggal sehingga dikenal sebagai badak bercula satu, berwarna abu-abu atau kecoklatan, dan umumnya memiliki panjang kurang dari 20 cm. Rekor cula badak Jawa terpanjang hanya sekitar 27 cm, dan disimpan di British Museum, London.
Badak Jawa jantan memiliki cula yang lebih besar dari betina. Lagipula, sebagian badak betina, terutama yang berada di daerah Ujung Kulon, tidak memiliki cula atau hanya memiliki tonjolan kecil di bagian hidung.
Cula badak memiliki struktur yang sama dengan kuku kuda dan dapat tumbuh kembali ketika patah. Fungsi utama cula badak bukan sebagai senjata ketika berkelahi, melainkan untuk mengikis lumpur dari sisi kubangan, mencabut tanaman untuk makan, serta melindungi kepala dan hidung saat mereka menerobos vegetasi yang lebat.
- Gigi
Seperti semua spesies badak Asia, badak Jawa memiliki gigi seri bawah yang panjang, tajam, dan berbentuk seperti belati. Gigi ini berguna dalam pertempuran dan dapat menimbulkan luka yang dalam.
Badak Jawa juga memiliki dua barisan 6 gigi molar yang kuat dan lebar. Tepian gigi-gigi ini berfungsi untuk memotong makanan berkayu menjadi potongan-potongan sepanjang 1–2 cm. Namun, seiring waktu, gigi badak akan terkikis hingga menjadi dangkal, dan menyulitkan badak Jawa tua untuk memecah makanan.
- Kekuatan indra
Meski memiliki indera penciuman dan pendengaran yang baik, penglihatan badak Jawa tidak begitu kuat dan rabun jauh.
- Ciri khas fisik
Badak Jawa memiliki bibir atas yang runcing dan panjang, sehingga dapat membantu mereka untuk mencengkram makanan. Bibir semacam itu juga terdapat pada spesies badak lain, yaitu: badak hitam Afrika, badak India, badak putih, dan badak Sumatera.
Seperti tampilan badak Asia lainnya, terdapat dua lipatan pada kulit yang melingkari tubuh di belakang kaki depan, di depan kaki belakang, serta lipatan horizontal di pangkal kaki. Lipatan leher badak Jawa kurang nampak jika dibandingkan badak India, namun ada dua lipatan yang berlanjut hingga bagian belakang leher, membentuk “pelana” yang unik antara leher dan bahu.
Selain itu, kulit badak Jawa memiliki lapisan dengan pola mozaik, yang memberikan tampilan laiknya sisik.
b. Perilaku dan Interaksi Badak Jawa
- Interaksi sosial
Umumnya, badak Jawa cenderung soliter, kecuali badak betina dan anak-anaknya, atau ketika masa pendekatan. Ada kalanya, badak Jawa muda juga membentuk pasangan atau kelompok kecil dalam kurun waktu tertentu.
- Teritorial jantan
Badak Jawa jantan di daerah Cagar alam atau Suaka Margasatwa Ujung Kulon menjelajahi wilayah yang lebih luas dari betina, yaitu sekitar 12–20 km², namun juga tumpang tindih dengan wilayah pejantan lainnya. Tidak ada indikasi pertahanan yang kuat dengan pertarungan, seperti pada spesies badak lainnya, namun sepanjang jalur utama terdapat tanda berupa air seni, kotoran, goresan, dan tunas pohon yang bengkok.
- Teritorial betina
Badak Jawa betina di Ujung Kulon menjelajahi wilayah yang jauh lebih kecil dari para pejantan, yaitu sekitar 3–14 km² dan saling tumpang tindih.
- Perkawinan
Terdapat waktu pendekatan yang singkat, selama masa berahi betina. Rentang waktu tersebut menjadi satu-satunya momen ketika badak jantan dan betina dewasa bersosialisasi.
- Penandaan aroma
Tumpukan kotoran berfungsi sebagai titik komunikasi bagi badak Jawa. Kendati demikian, tidak nampak jamban besar yang umum ditemukan pada teritorial badak India. Bisa jadi, karena kepadatan populasi badak Jawa yang jauh lebih rendah.
Dan, berbeda dengan badak Sumatera, badak Jawa tidak mengeruk kotoran dengan kaki belakang dan menendangnya di semak-semak. Mereka menyeret kaki belakang hingga beberapa meter, sembari menandai goresan tersebut dengan sekresi dari kelenjar kaki.
Selain itu, tanda visual badak Sumatera berupa tunas yang bengkok juga tidak nampak pada badak Jawa.
- Suara dan komunikasi
Badak bercula satu Jawa tidak begitu memiliki vokal, terutama jika dibandingkan dengan badak Sumatera. Hanya sedikit vokalisasi dari mereka yang terekam. Karena itu, komunikasi tidak langsung melalui kotoran, urin, dan goresan dengan sekresi kelenjar kaki, memiliki peran yang lebih dominan.
- Masa kehamilan
Sekitar 16–19 bulan.
c. Pesebaran dan Habitat
- Pesebaran saat ini
Satu populasi badak Jawa hidup di pesisir Ujung Kulon, Banten, Indonesia. Di sana di Taman Nasional Ujung Kulon, populasi badak Jawa mengalami pemulihan yang cukup baik, dari kurang dari 30 ekor pada tahun 1967, menjadi sekitar 50–60 pada tahun 1980. Hanya saja, kini populasi badak Jawa terbilang stagnan, atau menunjukkan penurunan tren secara perlahan menjadi 65–68 ekor.
- Riwayat pesebaran
Badak Jawa pernah menjajaki sebagian besar Asia Tenggara, mulai dari sekitar Kalkuta di India, seantero Bangladesh, bagian selatan China, Laos, Vietnam Kamboja, Myanmar, Thailand, semenanjung Malaysia, Sumatera, dan separuh Jawa bagian barat. Sekitar 12.000 tahun yang lalu, mereka juga nampak di Kalimantan, dan sekitar 2.000 tahun yang lalu terdapat di sebagian besar wilayah China.
- Habitat
Dalam kondisi ideal, badak Jawa hidup di berbagai bentang alam tropis, dataran rendah dan dataran tinggi, mulai dari hutan bakau Sundarban di India, Bangladesh, pegunungan di bagian selatan China, hingga semak belukar pada gunung berapi tertinggi di Jawa.
Diperkirakan, badak Jawa memiliki jangkauan ekologi yang lebih luas, dibandingkan badak India dan badak Sumatera.
- Pola makan
Tingkat keanekaragaman yang tinggi, menjadi ciri khas dari pola makan badak Jawa. Ratusan spesies tanaman telah tercatat, dengan preferensi sekitar 40%. Umumnya, badak memakan dedaunan, tunas, dan ranting muda.
Sebagian besar, tanaman yang menjadi menu makanan badak Jawa tumbuh di lokasi yang tidak teduh, seperti vegetasi tanpa pepohonan tinggi, celah area akibat pohon tumbang, dan semak belukar. Tempat-tempat yang tidak teduh ini cenderung memiliki kualitas asupan yang lebih baik bagi mereka.
Badak Jawa jarang melakukan aktivitas makan pada tipe vegetasi dengan jumlah makanan yang rendah.
- Area hutan
Meski lebih menyukai makanan pada tipe vegetasi tanpa pepohonan tinggi, namun badak Jawa juga bergantung pada keberadaan hutan di lingkungan hidup mereka.
Bagi badak Jawa, hutan memberi perlindungan dari radiasi matahari, menjaga stabilitas pasokan air, dan menjadi sumber makanan, berupa tunas pohon muda.
Dengan kata lain, berdasarkan tipe vegetasinya, habitat ideal bagi badak Jawa merupakan mosaik rawa yang diselingi oleh petak-petak hutan. Bentang alam semacam ini tersebar luas di wilayah Ujung Kulon.
- Kubangan lumpur
Badak jawa menjalani sebagian besar waktunya dengan berkubang di lumpur. Mereka dapat menggunakan kolam temporer atau genangan air, yang diperdalam menggunakan kaki dan tanduk.
Bagi badak Jawa, akses terhadap kubangan lumpur sangat krusial untuk mengatur suhu tubuh, menjaga kondisi kulit, serta menyingkirkan serangga dan ektoparasit (parasit yang hidup di permukaan kulit inangnya).

Badak bercula satu terdapat di daerah cagar alam Taman Nasional Ujung Kulon Banten
- Mengasin (salt licking)
Area untuk mengasin a.k.a salt licking, sangat dominan dalam ekologi badak Sumatera. Namun, hal tersebut tidak terdapat di Ujung Kulon, meski ada kalanya badak Jawa juga meminum air laut. Diduga, ada wilayah tertentu yang dimanfaatkan badak Jawa untuk salt licking, demi memenuhi kebutuhan mineral.
d. Informasi Penting
- Kepunahan di Vietnam
Badak Jawa tercatat telah punah dari Cat Loc, yang merupakan bagian dari Taman Nasional Cat Tien, Vietnam, pada bulan Oktober 2011. Beberapa badak Jawa terakhir di Vietnam berukuran sangat kecil, dengan tinggi bahu tidak lebih dari 1,2 meter, dan berat kurang lebih sama dengan badak Sumatera, yang kurang dari 800 kg.
- Penurunan populasi
Dari ketiga spesies badak Asia, badak Jawa menunjukkan penurunan populasi yang paling signifikan. Dan, sekitar tahun 1930, populasi badak Jawa hanya terbatas di Ujung Kulon, dan beberapa populasi kecil yang terisolasi di Vietnam, serta diperkirakan ada pula di Laos dan Kamboja.
- Keterbatasan informasi
Ketika para naturalis berkelana ke hutan Asia Tenggara, badak Jawa telah berada dalam kondisi yang sangat langka. Akibatnya, tidak banyak informasi yang bisa diketahui tentang perilaku dan ekologi badak Jawa di luar populasi tunggal, yang bisa jadi tidak berada di lokasi ideal atau habitat asli mereka.
- Prediksi jangka panjang
Dengan perlindungan yang berkelanjutan pada badak Jawa dan habitatnya, serta translokasi aktif dan pembentukan populasi baru di lokasi yang kondusif, selama 150 tahun ke depan, diharapkan populasi mereka dapat mencapai 2.000–2.500 ekor. Jumlah tersebut merupakan angka yang ditentukan oleh ahli biologi populasi, sebagai syarat minimum untuk menjaga kelestarian spesies dalam jangka panjang.
- Pencernaan
Semua spesies badak mencerna makanan dengan mikroorganisme pada usus belakang untuk mengolah sebagian makanan yang tidak dapat dicerna. Badak Jawa juga memiliki sekum yang dalam dan usus besar.
- Posisi kebun binatang
Hanya sedikit badak Jawa yang pernah hidup di kebun binatang. Dan, yang terakhir, telah mati di Kebun Binatang Adelaide, Australia, pada tahun 1907. Uniknya, badak Jawa tersebut dipamerkan sebagai badak India di sepanjang hidupnya.
Nah, setelah menelusuri informasi tentang badak Jawa, kita dapat memahami bahwa eksistensi mereka sangat penting untuk dipertahankan. Badak Jawa berbagi eksosistem dengan ribuan spesies hewan dan tumbuhan, sehingga menjadi komponen yang krusial untuk menjaga keseimbangan alam.
Dan, pihak-pihak yang bergerak dalam upaya konservasi badak bercula satu dari Indonesia ini pun terbuka untuk segala bentuk uluran tangan, baik berupa materi, tenaga, atau sekadar kampanye singkat di media sosial.
Yuk, bersama-sama kita sukseskan!