COVID-19: Mematikan atau Bisa Disembuhkan?
daftarhewan.com. Apakah virus corona bisa disembuhkan? Sejak akhir tahun 2019, Coronavirus menjadi isu utama. Belum genap 3 bulan sejak momen penyebarannya, COVID-19 telah merenggut ribuan nyawa di segala penjuru dunia.
Akibatnya, kesehatan fisik dan mental, menjadi kemewahan bagi setiap orang. Mencari informasi yang akurat dan sikap yang bijaksana, menjadi kunci untuk menyelamatkan diri sendiri, juga orang-orang di sekitar kita.
Tapi, benarkah 2019-nCoV begitu berbahaya?
Bukankah COVID-19 dapat disembuhkan? Mengapa kita tidak bisa menyepelekan angka kematian yang kurang dari 5%?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, mari kita bahas lebih mendalam!
Bagaimana Coronavirus jenis baru, 2019-nCoV dapat menyebar?
Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang dapat menginfeksi hewan dan manusia. Dua jenis betacoronavirus, menjadi penyebab kasus severe acute respiratory syndrome (SARS) dan Middle East respiratory syndrome (MERS) yang juga sempat mewabah sebelumnya. Sementara itu, Coronavirus jenis baru, yaitu Novel Coronavirus atau 2019-nCoV yang menjadi penyebab COVID-19, pertama kali mewabah di pasar ikan Huanan di Wuhan, China pada Desember 2019.
Penyakit baru ini diketahui, setelah menunjukkan tingkat kematian yang lebih tinggi dari flu biasa. Dan, 66% yang terjangkit di awal pesebaran, kerap berbelanja atau bekerja di pasar ikan Huanan. Namun, belum terbukti mengenai penularan COVID-19 dari hewan maupun kepada hewan.
Kendati demikian, penularan infeksi dari manusia ke manusia berlangsung begitu cepat. Seiring waktu, jumlah kasus positif Coronavirus terus bertambah, dan merambah ke berbagai wilayah, hingga menembus batas teritorial, termasuk pula Indonesia.
Bagaimana cara untuk menghindari infeksi dan mencegah penyebaran Coronavirus?
- Biasakan mencuci tangan menggunakan sabun, setidaknya selama 20 detik, lalu bilas dengan air mengalir.
- Bersihkan tangan menggunakan hand sanitizer, apabila tidak tersedia sabun dan air.
- Pastikan tangan Anda bersih (telah dicuci dengan sabun dan air, atau menggunakan hand sanitizer) sebelum menyentuh mata, hidung, atau mulut.
- Tutup mulut dengan tisu atau siku (jangan menggunakan telapak atau punggung tangan) ketika batuk atau bersin, lalu segera buang tisu ke tempat sampah.
- Batasi atau hindari kontak dengan orang yang sakit atau menunjukkan gejala COVID-19.
- Patuhi himbauan dari lembaga terkait, mengenai isolasi mandiri bagi yang sakit, karantina bagi yang sehat, jauhi pusat keramaian, dan hindari perjalanan ke luar wilayah.
Apa perbedaan antara flu biasa dengan COVID-19?
Pada berbagai kasus positif Coronavirus, muncul gejala yang bervariasi, mulai dari gejala ringan, sedang, hingga berat. Pada cakupan awal, pasien mengalami demam tinggi (>38°C), batuk kering, kelelahan, nyeri otot, hingga diare.
Namun, apabila meninjau kasus positif Coronavirus yang telah meluas, ada kalanya pasien hanya merasakan gejala yang sangat ringan, seperti batuk dan pilek biasa, bahkan ada pula yang tidak merasakan gejala apapun.
Yang jadi masalah, meski daya tahan tubuh pasien cukup kuat untuk melawan infeksi, pasien positif Coronavirus tetap dapat menularkan dan menyebarkan virus tersebut ke orang lain. Padahal, tidak ada jaminan bahwa orang lain memiliki daya tahan tubuh yang cukup kuat untuk melawan Coronavirus.
Karena itu, akan lebih bijaksana apabila Anda memeriksakan diri ke pusat layanan kesehatan, ketika merasakan satu atau beberapa gejala COVID-19. Atau, setidaknya, lakukan isolasi mandiri dengan menghindari interaksi sosial, demi mengantisipasi penyebaran virus.
Apa yang harus dilakukan jika merasakan gejala COVID-19?
Untuk mendapatkan diagnosis dan anjuran yang tepat, segera periksakan diri ke pusat layanan kesehatan apabila Anda merasakan gejala COVID-19. Dengan begitu, Anda akan mengetahui dengan pasti, apakah Anda perlu menjalani tes lanjutan atau cukup dengan beristirahat dan mengisolasi diri di rumah.
Sebisa mungkin, hindari interaksi sosial dan pusat keramaian. Jangan melakukan perjalanan ke luar negeri atau luar kota, terutama jika menggunakan transportasi umum.
Dan, bagi Anda yang berdomisili di Indonesia dan ingin berkonsultasi atau menggali informasi yang akurat terkait COVID-19, Kementerian Kesehatan RI juga membuka center yang terintegrasi dengan PSC 119, yaitu 119 EXT 9.
Apa dampak yang terjadi apabila Anda positif terinfeksi 2019-nCoV?
Berdasarkan studi di China, 80% kasus positif Coronavirus menunjukkan gejala ringan dan tidak mengalami infeksi signifikan pada paru-paru. Namun, sekitar 15% pasien mengalami gejala berat, yang menyebabkan sesak napas, kadar oksigen yang rendah dalam darah, dan gangguan paru-paru lainnya. Sementara itu, 5% pasien mencapai kondisi kritis, gagal napas, syok septik, hingga beberapa gangguan organ. Risiko yang lebih tinggi terjadi pada pasien yang lebih tua, atau mereka yang memiliki masalah pernapasan, penyakit jantung, atau diabetes.
Berapa angka kematian akibat COVID-19?
Hingga 3 bulan sejak penyebaran Coronavirus terjadi, angka kematian global akibat COVID-19 fluktuatif antara 3—4%. Sementara di Indonesia, tingkat kematian terbilang cukup tinggi, mencapai angka 8%. Namun, apabila mempertimbangkan kasus positif Coronavirus dengan gejala ringan yang tidak mengunjungi layanan kesehatan dan tidak menjalani tes, tentu tingkat kematian bisa jadi jauh di bawah angka tersebut.
Hanya saja, angka kematian yang tidak mencapai 5%, tidak dapat disebut sebagai kabar baik. Karena, artinya terdapat 95% pasien positif Coronavirus yang dapat menyebarkan virus tersebut lebih luas dan lebih cepat, yang berimplikasi pada jumlah kematian yang lebih tinggi pula di seluruh penjuri dunia.
Apakah Anda dapat terinfeksi 2019-nCoV di transportasi umum?
Umumnya, infeksi terjadi dalam keluarga atau melalui kontak. Karena itu, social distancing perlu diterapkan untuk menghindari penularan, dan menjaga jarak 1—2 meter dengan orang lain.
Upaya tersebut, tentu akan sulit dilakukan di transportasi umum. Belum lagi, Anda dapat terkena virus ketika menyentuh permukaan benda yang telah disentuh orang lain yang terinfeksi.
Karena itu, rajin-rajinlah mencuci tangan secara teratur dan hindari menyentuh wajah, agar virus tidak masuk ke dalam tubuh melalui hidung, mulut, atau mata.
Apakah sudah ada obat untuk mengatasi COVID-19?
Hingga menjelang akhir Maret 2020, belum ada obat yang terbukti efektif mengatasi COVID-19. Segala obat-obatan masih dalam uji coba di sejumlah negara. Karena itu, ada baiknya masyarakat tidak gegabah menimbun obat yang ditengarai dapat mencegah atau mengobati COVID-19, sebelum benar-benar terbukti atau ditetapkan secara resmi sebagai obat COVID-19.
Kapan dunia akan mendapatkan vaksin COVID-19?
Pengembangan vaksin memerlukan waktu yang tidak sebentar. Para ahli tidak hanya sekadar membuatnya, melainkan juga harus menguji coba kepada ribuan sukarelawan, serta terus melakukan pengembangan terkait efektivitas vaksin tersebut.
Jadi, meski teknologi saat ini memungkinkan proses yang lebih cepat dalam pengembangan vaksin COVID-19, namun kita tidak dapat berharap vaksin ini akan rampung dan dirilis secara resmi dalam 6 bulan atau bahkan 1 tahun. Namun ada kabar baik, pada akhir maret 2020 para penderita coronavirus di Indonesia bisa mendapatkan obat untuk penyakit tersebut di Rumah Sakit Rujukan.
Karena itu, tentu akan lebih efektif dan efisien, jika Anda mematuhi himbauan WHO dan Kemenkes RI, untuk tetap berada di dalam rumah, serta menerapkan pola hidup bersih dan sehat, dengan rajin mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizer.