15 Hewan yang Dilindungi di Taman Nasional Way Kambas
daftarhewan.com. Taman Nasional Way Kambas adalah taman nasional seluas -+ 1.300 kilometer persegi di provinsi Lampung, Sumatera bagian selatan, Indonesia.
Tempat ini terdiri dari hutan rawa dan hutan hujan dataran rendah, sebagian besar merupakan pertumbuhan sekunder akibat penebangan ekstensif pada 1960-an dan 1970-an.

Badak Sumatra
Meskipun populasinya menurun, taman ini masih memiliki beberapa harimau Sumatera, gajah Sumatera, dan badak Sumatera yang terancam punah. Taman ini juga memberikan pengamatan burung yang sangat baik, dengan Mentok rimba (White-winged duck) yang langka di antara lebih dari 400 spesies yang ada di taman ini.
Taman Nasional Way Kambas atau Way Kambas National Park (WKNP) terletak di Provinsi Lampung di bagian selatan Sumatera. Meskipun taman ini sangat terkenal dengan gajah sumatera, namun lebih dari itu, taman ini memiliki 406 spesies burung dan 50 spesies mamalia berbeda yang banyak di antaranya sangat terancam punah seperti harimau dan badak sumatera.
Habitat spesies karismatik tersebut telah terdegradasi oleh penebangan ekstensif pada 1960-an-1970-an yang juga berdampak pada populasi satwa di Taman Nasional Way Kambas. Namun mengingat keunikannya dalam keanekaragaman hayati, tahun ini Taman Nasional Way Kambas ditetapkan sebagai bagian dari ASEAN Heritage Park.
Ancaman terhadap taman disebabkan oleh perburuan dan hilangnya habitat karena penebangan liar. Upaya konservasi meliputi patroli dan pendirian Suaka Badak Sumatera dan Pusat Konservasi Gajah.
Spesies tumbuhan atau tanaman yang ada di Taman Nasional ini antara lain Avicennia marina, spesies Sonneratia, Nypa fruticans, Melaleuca leucadendra, Syzygium polyanthum, spesies Pandanus, Schima wallichii, spesies Shorea, Dipterocarpus gracilis, dan Gonystylus bancanus. Pantai berpasir taman didominasi oleh Casuarina equisetifolia.
Taman ini memiliki 50 spesies mamalia, banyak dari mereka sangat terancam punah. Ada sekitar 20 badak Sumatera di kawasan itu, turun dari sekitar 40 pada 1990-an. Jumlah gajah Sumatera di taman ini diperkirakan 180 ekor pada tahun 2005. Populasi harimau Sumatera telah menurun dari 36-40 pada tahun 2000 menjadi kurang dari 30. Mamalia lain di taman tersebut adalah tapir Malaya, Sumatran dhole (Cuon alpinus sumatrensis) dan siamang (Symphalangus syndactylus syndactylus).
Sekitar separuh dari spesies burung mendiami rawa-rawa pesisir, termasuk bakau, hutan sungai, hutan rawa air tawar dan gambut, serta rawa-rawa di kawasan itu. Taman ini adalah salah satu benteng terakhir Mentok rimba (White-winged duck) bersayap putih, dengan populasi tersisa antara 24-38 ekor, terbesar di Sumatera. Di antara 405 spesies burung lainnya yang tercatat di taman, adalah are the Storm’s stork, woolly-necked stork, lesser adjutant, crested fireback, great argus and Oriental darter.
Di antara reptil, Buaya sepit (false gharial crocodile – buaya gharial palsu) yang terancam punah ditemukan di rawa-rawa pesisir.
Daftar Hewan di Taman Nasional Way Kambas
Untuk menambah pengetahuan kita tentang hewan yang dilindungi di Taman Nasional Way Kambas, kami telah mempersiapkan beberapa daftar hewan yang dilindungi di Taman Nasional Way Kambas sebagai berikut :
1. Badak Sumatera
2. Gajah Sumatera
3. Harimau Sumatera
4. Tapir Asia (Malayan Tapir)

Tapir – via : wikipedia.org
5. Kucing kuwuk (Leopard Cat – Prionailurus bengalensis)
6. Owa Siamang (Symphalangus syndactylus syndactylus)
7. Ajag sumatera (Sumatran dhole – Cuon alpinus sumatrensis)
8. Mentok rimba bersayap putih (White-winged duck)
9. Bangau Hutan Rawa (The Storm’s stork)
10. Bangau sandang-lawe (Woolly-necked stork)
11. Bangau tongtong (Lesser adjutant)
12. Sempidan biru (Crested fireback)
13. Kuau raja (Great argus)
14. Pecuk-ular asia (Oriental darter)
15. Buaya sepit (false gharial crocodile)
a. Suaka Margasatwa Badak Sumatera
Menurut wikipedia; sebuah pusat penangkaran yang dikelola bernama Suaka Badak Sumatera atau Sumatran Rhino Sanctuary (SRS) seluas 250 acre (100 ha) dibangun pada tahun 1995.
Tujuan dari cagar alam ini adalah untuk memelihara sejumlah kecil badak untuk penelitian, “asuransi”, pembangunan kesadaran, dan tujuan jangka panjang mengembangkan program pemuliaan, untuk membantu memastikan kelangsungan hidup spesies di alam liar. Saat ini lima badak Sumatera hidup di Suaka margasatwa, sebagian besar telah dipindahkan dari kebun binatang ke kandang besar dengan habitat alami di SRS. Sejak 1997, Unit Perlindungan Badak telah didirikan.
Ada tim anti-perburuan terlatih yang terdiri dari 4-6 orang yang berpatroli minimal 15 hari per bulan di area utama taman untuk menonaktifkan jebakan dan mengidentifikasi penyusup ilegal.
b. Gajah di Pusat Konservasi Way Kambas
Sumber konflik yang signifikan antara taman dan masyarakat sekitar adalah akibat serangan tanaman perkebunan oleh gajah liar. Dalam studi yang dilakukan pada tahun 1990an, tercatat bahwa gajah liar merusak lebih dari 45 hektar tanaman jagung, padi, singkong, kacang-kacangan dan tanaman lainnya, serta sekitar 900 kelapa, pisang dan pohon lainnya di 18 desa sekitar taman.
Selama 12 tahun, gajah membunuh atau melukai 24 orang di dekat taman. Penduduk desa berusaha untuk mengurangi kerusakan gajah dengan menjaga ladang, menggali parit di antaranya, dan memodifikasi pola tanam mereka. Pada tahun 2010 dilaporkan bahwa penduduk desa menggunakan api unggun di sekitar rumah mereka untuk menakuti gajah sementara penjaga hutan telah menggunakan gajah jinak untuk membantu mengusir kawanan gajah liar.
c. Pusat Konservasi Gajah di Way Kambas
Elephant Conservation Center (ECC) telah didirikan pada tahun 1980-an. Gajah di pusat tersebut telah dijinakkan dan digunakan untuk pekerjaan berat, ekowisata, patroli dan pengembangbiakan. Lukisan yang dibuat oleh gajah di bagian tengah dijual oleh Novica, agen seni online komersial yang terkait dengan National Geographic Society, dengan sekitar setengah dari hasilnya membantu gajah yang terancam punah di seluruh Asia.
ECC akan dilengkapi dengan rumah sakit gajah yang akan menjadi yang pertama di Indonesia dan terbesar di Asia. Rumah sakit gajah akan dibangun di atas lahan seluas 5 hektar dengan investasi Rp10 miliar ($ 1,11 juta) dan diharapkan dapat beroperasi awal pada tahun 2014. Selama 2016 dan 2017, enam ekor anak gajah baru lahir. Chusnunia Chalim wakil Gubernur Lampung berharap dapat meningkatkan kesadaran akan seluruh taman melalui Pusat dengan wisata berkemah, dan berbagai festival.