Makanan Burung Hantu dan Cara Mereka Berburu Mangsa
daftarhewan.com. Memiliki sikap yang unik dan misterius, burung hantu kerap membuat manusia penasaran. Namun, meski lingkungan dan pola hidup mereka tidak begitu dekat dengan kita, burung hantu telah menjadi salah satu hewan peliharaan eksotis. Apa kamu pernah mimpi burung hantu?
Nah, apakah Anda salah satu yang berminat memelihara burung hantu? Kalau begitu, kenali dulu makanan burung hantu dan cara mereka berburu mangsa di alam, agar Anda dapat memberikan asupan yang tepat bagi mereka.

Burung hantu memakan tikus – via : imgur.com
Apa Saja Makanan Burung Hantu?
Burung hantu tergolong predator atau burung pemangsa. Artinya, burung hantu harus memburu dan mengonsumsi hewan lain untuk bertahan hidup.
Menariknya, hewan yang menjadi santapan burung hantu, ternyata cukup bervariasi. Mulai dari invertebrata, seperti siput, kepiting, cacing, serangga, dan laba-laba, hingga vertebrata, seperti reptil, ikan, amfibi, burung, dan mamalia yang berukuran relatif kecil.
Kendati demikian, setiap spesies burung hantu juga memiliki makanan utama yang lebih spesifik. Misalnya, scops owl a.k.a celepuk dan screech owl a.k.a megascops, lebih menyukai aneka serangga, sedangkan barn owl a.k.a Serak Jawa suka memakan berbagai jenis tikus.
Sementara burung hantu yang berukuran lebih besar, seperti burung hantu elang, cenderung memburu hewan yang lebih “menantang”, seperti kelinci, rubah muda, dan beragam unggas, hingga yang seukuran bebek.
Di samping itu, ada pula spesies burung hantu yang memiliki keahlian menangkap ikan, seperti beluk ketupa dan burung hantu pemancing asal Afrika (Scotopelia).
Namun, meski setiap spesies memiliki preferensi makanan masing-masing, sebagian besar burung hantu cenderung oportunistik, dan akan mengambil mangsa apa pun yang tersedia di wilayah mereka.
Bagaimana burung hantu memburu mangsa?
Umumnya, burung hantu memiliki wilayah perburuan yang jauh dari tempat bertenggernya di siang hari.
Dan, secara fisiologis, setiap burung hantu memiliki karakteristik khusus yang membuat mereka menjadi pemangsa yang efisien, antara lain:
- Penglihatan tajam, yang mendukung mereka menemukan lokasi perburuan, bahkan di malam yang remang-remang.
- Pendengaran yang sensitif dan terarah, untuk menemukan mangsa yang tersembunyi. Beberapa spesies burung hantu bahkan dapat berburu dalam kegelapan total dengan hanya mengandalkan suara.
- Sayap khusus yang membuat burung hantu dapat terbang dalam senyap, sehingga memungkinkan mereka berburu secara diam-diam, mengidentifikasi suara dengan lebih efektif, dan mengejutkan mangsanya.

Burung hantu berburu mangsa di malam hari – via : steemit.com
Selain keanekaragaman mangsa, perilaku yang ditunjukkan burung hantu ketika berburu juga variatif.
Sebagian besar spesies burung hantu, berburu sembari bertengger, di dahan rendah, tunggul, atau pagar. Mereka akan menunggu mangsa muncul, kemudian menukik dengan sayap terbuka dan cakar yang membentang ke depan.
Ada pula beberapa spesies, yang akan terbang atau meluncur cukup jauh dari tenggeran, sebelum menjatuhkan korban. Dan, pada beberapa kasus, burung hantu juga dapat melumpuhkan mangsa lebih dulu, barulah kemudian membentangkan sayap mereka.
Selain itu, terdapat spesies burung hantu yang lebih suka melambung tinggi, untuk memindai wilayah dan mencari mangsa yang potensial. Ketika target telah ditentukan, burung hantu terbang menuju ke arah tersebut, dan terus mengincar mangsanya hingga detik-detik pencengkaraman.
Ketika menubruk mangsa, burung hantu menarik kepalanya ke belakang, dan mendorong kaki ke depan dengan cakar yang membentang lebar. Biasanya, kekuatan tubrukan burung hantu cukup untuk membuat mangsanya pingsan, lantas terbunuh dengan sabetan paruh.
Dari segi teknik berburu, masing-masing burung hantu juga memiliki metode yang berbeda, tergantung pada mangsa incaran mereka. Serangga dan burung kecil, sering kali disergap di udara, dan ada kalanya tertangkap setelah dikeluarkan dari pepohonan atau semak.
Sementara burung hantu penangkap ikan, ada yang meluncur di atas air, lalu menyambar ikan dengan cepat (Pel’s fishing owl), dan ada pula yang bertengger di tepi perairan untuk meraih ikan atau lobster air tawar yang muncul di dekatnya (Blakiston’s fishing owl). Selain itu, ada juga spesies burung hantu yang menyerbu ke dalam air, untuk mengejar ikan, ular air, lobster air tawar, atau katak.
Nah, setelah menangkap mangsa, burung hantu membawa mangsa yang berukuran relatif kecil dengan paruhnya, atau bisa juga segera disantap. Sedangkan, mangsa yang berukuran relatif besar dibawa dengan cengkraman cakar.
Ketika mendapatkan cukup banyak mangsa, burung hantu juga menyimpan kelebihan makanan di dalam sarang, lubang pohon, atau ranting yang tajam, sebagai persediaan makanan.
Bagaimana burung hantu mencerna makanannya?
Seperti jenis burung lainnya, burung hantu tidak memiliki gigi dan tidak bisa mengunyah makanan. Umumnya, mangsa berukuran kecil ditelan bulat-bulat, sedangkan mangsa yang relatif besar dihancurkan menjadi potongan-potongan kecil, atau dicabik-cabik, agar lebih mudah ditelan.
Namun, tidak seperti burung lainnya, burung hantu tidak memiliki tembolok untuk menyimpan makanan. Sehingga, setiap makanan yang tertelan akan langsung memasuki saluran pencernaan mereka.
Dan, penting untuk diketahui, bahwa perut burung hantu terdiri dari dua bagian:
- Pertama, bagian kelenjar atau proventrikulus, yang menghasilkan enzim, asam, dan lendir, untuk mengawali proses pencernaan.
- Kedua, bagian berotot atau empedal, yang tanpa kelenjar, berfungsi sebagai filter untuk menahan objek yang sulit dicerna, seperti tulang, rambut, gigi, dan bulu.
Setelah melewati bagian perut, makanan yang mudah hancur atau lunak, dihaluskan oleh kontraksi otot, dan lolos untuk melewati seluruh sistem pencernaan, yang meliputi usus kecil dan usus besar. Sementara itu, hati dan pankreas, mengeluarkan enzim pencernaan di usus kecil, sebagai tempat penyerapan makanan ke dalam tubuh.
Selanjutnya, pada akhir saluran pencernaan, setelah usus besar, ada kloaka, yang menjadi area penampung kotoran, urin, dan sisa-sisa pencernaan. Karena tidak memiliki kandung kemih, kloaka burung hantu terbuka sebagai lubang ekskresi asam.
Setelah makan, beberapa jam kemudian, bagian tubuh mangsa yang tidak dapat dicerna, dikompresi menjadi pelet. Yang lantas, akan bergerak naik dari empedal ke proventrikulus, dan tetap di sana selama 10 jam, sebelum dimuntahkan.
Dan, karena pelet yang tersimpan dapat memblokir sistem pencernaan, burung hantu tidak dapat menelan mangsa baru, sebelum pelet tersebut dikeluarkan. Sehingga, proses pemuntahan pelet menjadi isyarat alami, bahwa burung hantu telah usai menyerap nutrisi dan siap makan kembali.
Uniknya, ketika burung hantu hendak membentuk pelet, ia akan menunjukkan ekspresi sedih, dengan mata tertutup, wajah menyempit, dan enggan untuk terbang. Kemudian, ketika akan memuntahkan pelet, burung hantu akan meregangkan lehernya agak maju ke atas, membuka paruh, dan pelet keluar begitu saja, tanpa gerakan muntah atau meludah.
Dari segi kandungan, pelet burung hantu berbeda dengan burung pemangsa lainnya, karena lebih banyak mengandung residu. Fenomena ini terjadi, karena cairan pencernaan burung hantu cenderung kurang asam dan burung hantu kurang “sabar” dalam mecabik-cabik mangsanya.
Dari penjelasan di atas, Anda telah mendapatkan gambaran besar mengenai pola makan dari aneka spesies burung hantu. Namun, apabila Anda termasuk hobiis yang telah berkomitmen memelihara burung hantu, tentu Anda wajib pula untuk mencari tahu mengenai ekosistem, penanganan perilaku, atau tindakan khusus, yang harus Anda lakukan untuk merawat burung hantu.
Intinya, pastikan mereka hidup sehat dan sejahtera, ya!