Penyakit Mastitis Pada Sapi Perah, Gejala dan Pengobatannya
daftarhewan.com. Penyakit Mastitis Sapi Perah. Mastitis adalah peradangan pada kelenjar mame yang bersifat akut maupun kronis.
Di Indonesia, sebelum tahun 2000-an kerugian ekonomi akibat mastitis subklinis sekitar -+ Rp. 8,5 milyar/tahun.
Kini para peneliti merekomendasikan pengobatan dengan antibiotik untuk mastitis yang disebabkan bakteri Streptococcus agalactiae dan bakteri Staphylococcus epidermidis.
Mastitis Penyakit Sapi Perah
Kerugian akibat mastitis yang paling nyata adalah terjadinya penurunan produksi susu. Masa produksi susu pada sapi perah yang sedang laktasi jadi lebih pendek dari jangka waktu normal.
Pengeluaran biaya pengobatan tinggi. Mutu susu yang dihasilkan jelek, sehingga tak dapat dipasarkan.

Mastitis penyakit sapi perah
Jika penyakit mastitis yang diderita sapi perah, pengaruhnya dapat mematikan puting susu. Akibatnya sapi tak mampu memproduksi susu lagi.
Akibat mastitis subklinis ringan ialah dapat menurunkan produksi susu sekitar 10 % per hari.
Kalau penyakitnya berat, produksi susu dapat turun sampai 36 % per hari.
Kerugian ekonomi akibat mastitis subklinis ringan sebesar 14,6 % atau sekitar 2 liter per ekor per hari.
a. Gejala Mastitis Pada Sapi
Salah satu gejala penyakit yang sering ditemukan menyerang sapi perah adalah mastitis. Penyakit ini sangat menghantui dunia persusuan, karena menurunkan produksi dan kualitas susu.
Berdasarkan penyebabnya, mastitis dapat dibedakan dua golongan besar, yaitu mastitis bakterial dan mastitis mikotis.
Yang pertama disebabkan infeksi berbagai jenis bakteri, yang kedua akibat infeksi berbagai jenis cendawan renik dari golongan jamur (khamir).
b. Gejala Klinis Mastitis Sapi
Sifat serangannya dapat dibedakan dua macam, yaitu klinis dan sub klinis.
Mastitis klinis dapat dibedakan empat bentuk, yaitu mastitis kronis (Mastitis Catarrhalis Chronica), mastitis akut (Mastitis Catarrhalis Acuta), mastitis akut dengan pembentukan abses (Mastitis Apostemmatosa) dan mastitis akut tanpa sekresi air susu.
Gejala mastitis klinis dimulai dengan timbulnya perubahan air susu. Air susu terlihat menggumpal, terkadang bercampur darah atau nanah.
Ambing panas jika diraba. Warna ambing kemerah-merahan karena radang. Nafsu makan sapi menurun, sehingga kondisi tubuh cepat merosot. Produksi susu jauh menurun.
c. Mastitis Subklinis pada Sapi Perah
Sedangkan gejala mastitis subklinis (Mastitis Catarrhalis Subclinical) tidak menunjukkan tanda-tanda nyata.
Keadaan umum ternak tidak mengalami gangguan, sehingga peternak tidak menyadari jika sapinya sakit.
Kelenjar susu jika diraba masih normal, tidak menunjukkan kelainan. Air susu masih kelihatan normal.
Jika air susu itu diperiksa secara laboratoris, ternyata banyak mengandung kuman berbentuk coccus.
d. Penyebab Penyakit Mastitis Pada Sapi Perah
Penyakit mastitis menular dari sapi perah yang satu ke sapi perah lain melalui alat pemerahan atau tangan pemerah susu yang tercemar bibit penyakit penyebab mastitis.
Penyakit itu bisa menyerang sapi perah karena ambing kurang terpelihara kebersihannya sebelum dan sesudah pemerahan, perlakuan pemerahan terlalu kasar sehingga menimbulkan luka-luka atau lecet pada ambing atau puting susu, atau tangan pemerah terkontaminasi bibit penyakit mastitis karena kurang terjaga kebersihannya.
e. Pengobatan Mastitis Sapi
Pengobatan mastitis dapat dilakukan secara sistemik apabila kasus penyakitnya bersifat klinis.
Kalau penyakitnya bersifat subklinis, pengobatan hanya dilakukan secara infus dengan larutan antibiotik pada puting yang terkena mastitis.
Sebelum diobati, air susu pada puting yang sakit diperah sampai habis. Baru kemudian diinfus larutan obat antibiotik.
Selama pengobatan sampai sapi penderita dinyatakan sembuh, air susu yang berasal dari puting yang diobati tidak boleh dikonsumsi.
Pengobatan mastitis yang disebabkan bakteri Streptococcus agalactiae dan Staphylococcus epidermidis dapat menggunakan preparat antibiotik Erytromycin, Tetracycline, Cloxacillin, ampicillin, atau Methicillin.
Agar tidak sampai terjadi kekebalan bakteri atau kuman terhadap antibiotik tertentu, penggunaan antibiotik itu untuk pengobatan mastitis perlu dilakukan dengan pergantian jenis obat secara reguler.
Pengaturannya pada tiap-tiap peternakan sapi perah atau sapi susu dilakukan di bawah pengawasan Dinas Peternakan setempat.
Kombinasi Cloxacillin dan Ampicillin untuk mengobati mastitis subklinis ringan perlu dilakukan dengan pengurutan puting atau ambing setelah obat diinfuskan.
Cara pengobatan ini mampu mengatasi kasus mastitis subklinis sampai 75 %.
Keberhasilan cara pengobatan ini jauh lebih baik dibandingkan sekedar menginfuskan larutan obat ke dalam puting tanpa perlakuan pengurutan.
Pemeliharaan sapi perah yang sudah sembuh dari mastitis, kalau tidak mengalami penurunan atau hanya turun sedikit produksi susunya, boleh dipertahankan lebih lanjut sebagai penghasil susu. Kalau produksi susunya terlalu turun drastis, sebaiknya sapi tersebut diafkir.
f. Pencegahan Penyakit Mastitis Pada Sapi Perah
Kasus serangan penyakit mastitis pada sapi perah dapat dicegah sedini mungkin, jika peternak benar-benar menjalankan tata laksana kandang dan menjaga kebersihan lingkungan peternakan dengan baik. Lantai kandang jangan sampai lembab atau basah.
Kebersihan kandang, termasuk kebersihan seluruh sapi perah yang dipelihara dan peralatan yang digunakan, perlu diperhatikan dan diperiksa secara teratur agar tidak tercemar kuman atau bakteri penyebab mastitis.
Sapi perah yang positif terkena mastitis dipisah kandangkan untuk pengobatannya. Dan pengobatan dilakukan sampai penyakit sembuh total.
Setiap akan dan sesudah pemerasan, ambing dicuci dengan air hangat. Selanjutnya setiap puting yang telah selesai diperah dibersihkan, lalu dibilas atau dicelup dalam larutan obat pembunuh bakteri atau kuman (disinfektan) contohnya larutan iodine yang saat ini biasa dipakai.

Pencelupan cairan iodine pada puting sapi perah
Setiap kali pemerahan, tangan harus bersih. Jari tidak boleh berkuku panjang, kalau perlu tangan dilumasi vaselin agar tidak membuat luka atau lecet puting susu ketika diperah.
Perahlah susu pada setiap puting sampai habis, jangan tersisa sedikit pun.
Selama masa laktasi, sapi perah membutuhkan pakan atau ransum dengan jumlah cukup dan terjamin baik mutu gizinya.
Kebutuhan pakan (ransum) ini mutlak dipenuhi, agar produksi susu stabil dan ketahanan tubuhnya terjaga dengan baik.
g. Penyakit Mastitis Pada sapi Bunting Tua
Sapi perah yang tengah bunting tua mudah terserang mastitis, kalau ransum yang diberikan terlalu berlebihan.
Kelebihan zat gizi yang terserap tubuh dapat membentuk susu pada ambingnya, walau belum terjadi kelahiran anak.
Apabila susu yang terbentuk sebelum kelahiran anak (pedet sapi) dibiarkan, tanpa ada upaya mengeluarkannya, bisa memacu timbulnya mastitis bakterial.
Pencegahannya dengan mengurangi jumlah ransum yang diberikan sampai batas minimal untuk kebutuhannya hidupnnya sehari-hari, menguras habis susu yang terdapat pada puting susu, membersihkan ambing/puting susu setelah pemerahan.