Jenis Mikroba Tanah yang Bermanfaat
daftarhewan.com. Apa itu mikroorganisme atau mikroba? Adalah organisme (hewan, tumbuhan, atau bentuk kehidupan bersel tunggal) mikroskopis, terutama bakteri, virus, atau jamur.
Jenis-Jenis Mikroba Tanah
Bakteri Azotobacter Chroococcum, Pseudomonas sp., dan ragi (Lipomuces Starkeyi) adalah jenis mikroba yang mampu meningkatkan stabilitas agregat tanah. Semakin banyak mikroba ini di dalam tanah, semakin banyak pula cementation (perekatan) partikel yang terjadi, sehingga tanah lebih tahan terhadap pengaruh kekuatan air.

Ilustrasi mikroba Azotobacter Chroococcum – via : goodfon.ru
Meskipun demikian, pengaruh mikroba tersebut tidak selalu sama terhadap setiap jenis tanah. Pada tanah-tanah yang bertekstur liat dan perkembangan strukturnya kuat, peranan mikroba sebagai pemantap agregat memang sangat menonjol. Namun bila tekstur tanahnya ringan dan strukturnya lemah, seperti yang terjadi pada tanah-tanah pasir, peranan mikroba umumnya tidak terlihat.
1. Bakteri pelarut hara
Mikroba juga dapat meningkatkan jumlah unsur hara yang diserap oleh akar tanaman, melalui peningkatan kelarutan unsur hara yang berasal dari pupuk maupun mineral tanah. Mikroba yang mempunyai kemampuan semacam ini misalnya jenis bakteri pelarut hara. Contoh yang paling terkenal ialah Pseudomonas sp. dan Bacillus sp. Kedua bakteri ini dikenal mampu meningkatkan kelarutan fosfat dalam tanah.
Hasil penelitian di Amerika Serikat menunjukkan, kelompok P. Flourescensputida mampu membentuk rizosfer dengan cepat sehingga hasil panen kentang, bit gula, dan lobak meningkat hingga 144%. Sementara kombinasi antara P. Putida dan Azospirillum sp. selain mempengaruhi penyerapan fosfat, juga berpengaruh terhadap peningkatan penyerapan nitrogen.
Agar pengaruhnya optimal, bakteri pelarut fosfat membutuhkan tanah yang kadar fosfat tersedianya cukup tinggi. Pada tanaman pinus yang tidak dipupuk P namun diberi bakteri pelarut fosfat jenis Bacillus sp., ternyata peningkatan serapan fosfat yang dicapai cuma 1,5 kali. Tetapi jika pemberian bakteri juga disertai dengan pemupukan P peningkatannya bisa mencapai 8 kali lipat. Bukti lebih jelas ditunjukkan dari hasil penelitian di Taiwan, pengaruh bakteri Pseudomonas akan optimal pada tanah yang mempunyai nilai pH 7,8 dan kadar fosfat tersedia 95 ppm.
2. Jamur Mikoriza
Jamur mikoriza juga termasuk mikroba yang mampu mendorong penyerapan unsur hara. Namun peningkatan penyerapan unsur hara itu terjadi, karena simbiosis antara jamur dan akar tanaman dapat memperbesar diameter akar dan memperbanyak percabangannya.
Hal tersebut dapat menyebabkan daya serap akar menjadi meningkat. Miselium mikoriza yang menyebar kemana-mana juga membantu akar mengisap air dan hara yang tidak terjangkau oleh akar.
Dibandingkan bakteri pelarut fosfat, peranan mikoriza lebih menonjol, karena selain memperbaiki kemampuan tanaman menyerap unsur fosfat, penyerapan unsur hara mikro Zn, Cu, dan Fe juga ikut meningkat. De La Cruz pada tahun 1981 mengatakan bahwa penyerapan semua unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg) dan unsur hara mikro (Fe, Cu, Mn, Zn) bisa ditingkatkan bila tanamn diberi mikoriza.
Masalahnya, pemanfaatan mikoriza biasanya perlu dibarengi dengan pengapuran tanah. Sebab, seperti halnya bakteri pelarut fosfat yang menghendaki tanah ber-pH tinggi, jamur ini juga menuntut reaksi tanah yang sama.
Mikoriza VA, jamur yang umum dijumpai berasosiasi dengan akar tanaman tahunan dan semusim, hampir semua menghendaki tanah dengan pH 6,5-7,5. Hanya beberapa jenis yang dapat berkembang pada pH tanah 5,5.
Simbiosis mikoriza ternyata juga membentuk saluran karbon pada tanaman inang. Beberapa ektomikoriza, jamur yang bisa mengkoloni akar tanaman hutan, diketahui selalu menggunakan 50% karbon hasil fotosintesis tanaman inang.
Mikoriza VA mengkonsumsi lebih sedikit, yaitu 6-20%. Akibatnya sering timbul spekulasi peranan mikoriza yang sesungguhnya. Hal inilah yang menghambat aplikasi komersial mikoriza.
3. Mikroba Pengendali Patogen
Beberapa aktivitas strain mikroba tertentu dikenal mampu menghasilkan toksin (racun). Misalnya Agrobacterium Radiobacter var. Tumefaciens. Toksin yang dihasilkan menyebabkan penyakit crown gall pada tanaman hortikultura.
Meskipun demikian tidak semua toksin bersifat patogen. Agrocin 84 adalah contoh toksin yang dihasilkan mikroba, yang bersifat antibiotik dan dapat mengatasi crown gall. Contoh lainnya adalah toksin dari jamur Beauvaria Bassiana yang potensial untuk mengendalikan hama di dalam tanah. Demikian juga Arthrobotyrs Conoides yang efektif menurunkan populasi nematoda.
Untuk skala komersial, pemanfaatan mikroba pengendali patogen umumnya terhambat oleh masalah penurunan viabilitas. Pada B. Bassiana, terbatasnya viabilitas disebabkan periode aktif konidia yang sangat pendek. Gangguan germinasi juga sering terjadi karena fitotoksin patulin yang dihasilakn oleh jamur Penicillium Urticae.
4. Mikroba Pengurai Senyawa Organik
Kelompok Hymenomycetes tanah, seperti Agrocybe, Ceratobasidium, Coniophora, Hyphodontia, Marasmius, dan Pistillaria, diketahui berpotensi dalam penghancuran jaringan kayu dan dekomposisi lignin. Demikian juga kelompok jamur selulotik kuat Aspergillus, Chaetomium, Curvularia, Fusarium, Memnoniella, Phoma, Hielavia, dan Trichoderma.
Sebagai agen utama degradasi selulosa, jamur umumnya dijumpai pada tanah di daerah humid (basah). Sedangkan bakteri lebih dominan di daerah arid (kering). Bakteri Cytophaga yang sangat efektif mendekomposisi polisakarida sangat banyak dijumpai pada tanah yang diberi pupuk kandang atau jerami.