Penyakit Sapi Gila, Mad Cow dari Inggris
Epidemi Penyakit Sapi Gila
daftarhewan.com. Penyakit BSE (Bovine Spongiform Encephalopathy) atau Mad Cow atau di Indonesia di sebut penyakit sapi gila, sebenarnya telah mewabah pada tahun 1985 dalam skala yang sangat kecil.
Namun, penyakit ini baru diketahui tahun 1986 dan pada tahun 1987 kasus BSE meningkat sebanyak 130 kali.
Sejak itu, konfirmasi diagnostik secara bertahap meningkat terus. Antara tahun 1988-1989 telah tercatat sebanyak 9.000 kasus penyakit BSE pada sapi.
Sementara itu, pada akhir tahun 1990 jumlah total kejadiannya telah melebihi 20.000 kasus. Pada awal tahun 1996, ini dilaporkan BSE telah melumpuhkan industry peternakan di Inggris.

Ilustrasi penyakit sapi gila – via : bbc.co.uk
Dampak wabah penyakit umumnya berupa kematian sapi karena penyakit itu sendiri atau akibat potong paksa. Ternak maupun produk yang terinfeksi tidak diperbolehkan dijual dan dikonsumsi.
Pada tahun 1989, sebanyak 8.000 ekor sapi yang diduga terserang penyakit BSE telah dipotong paksa dan 70% diantaranya harus dimusnahkan melalui pembakaran.
Sisanya dikuburkan pada lokasi-lokasi yang telah ditetapkan. Pemerintah setempat juga harus mengeluarkan dana sebanyak $2,8 juta untuk biaya kompensasi dan $1,6 juta untuk pemusnahan sapi.
Penyakit ini ditularkan terutama melalui daging dan produk tulang hewan yang terinfeksi. Di Inggris, ada kebiasaan untuk memberikan pakan tambahan berupa sisa-sisa daging dan tulang yang digiling dan dikeringkan.
Kebiasaan inilah yang diduga menyebabkan wabah mad cow menjadi tidak terkendali. Larangan pemberian pakan asal ternak seperti itu lantas diterapkan di wilayah Inggris dan di berbagai Negara lain.
Pelarangan tersebut berdampak sangat luas bagi peternak, karena penjualan pakan asal ternak untuk kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri menjadi terhambat.
Sementara itu, biaya pemotongan dan pemusnahan hewan di berbagai rumah potong hewan secara berangsur meningkat pula.
Keadaan demikian sangat mempengaruhi distributor dan eksportir daging serta produksi daging di Inggris.
Perdagangan hewan hidup asal Inggris mengalami dampak yang lebih berat lagi, karena beberapa hewan yang diekspor diketahui telah terinfeksi oleh penyakit ini.
Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) kemudian mengeluarkan larangan impor sapi hidup termasuk anak sapi berumur di bawah 6 bulan.
Pelarangan ini akan berlanjut terus terhadap ekspor hewan hidup maupun produk ternak asal Inggris ke Negara-negara MEE dan negara lain secara luas setelah kasus, penyakit yang terjadi pada awal tahun.
Penyakit ini dilaporkan dapat menular kepada manusia maupun hewan kesayangan. Sehingga pemerintah Inggris melarang penggunaan produk ternak asal hewan terinfeksi untuk dikonsumsi manusia maupun diproses bagi pakan hewan kesayangan.
Dengan demikian, kerugian ekonomi yang dialami negara ini akan semakin besar akibat palarangan-pelarangan yang diterapkan maupun kebijaksanaan potong paksa terhadap hewan terinfeksi.
Masa inkubasi 4-5 tahun
BSE adalah penyakit yang bersifat progresif dan fatal yang menyerang sapi dewasa umur 4-5 tahun.Ia merupakan penyakit syaraf yang dapat menimbulkan gangguan mental, abnormalitas postur tubuh dan gerakan, serta abnormalitas system keinderaan.
Diagnosa patologis dapat memberikan indikasi yang jelas mengenai sifat penyakit dan penyebabnya berupa perubahan mikroskopis yang terjadi pada system syaraf pusat.
Ciri khasnya berupa perubahan yang bilateral simetris dan vakualisasi pada perikarya neuron dan neutrophil grey matter yang bersifat non peradangan.
Perubahan patologis tersebut menyerupai ciri khas penyakit scrapie yang bisa menyerang domba. Penyakit BSE ini memang diduga merupakan bentuk baru dari penyakit scrapie tersebut.
Dari hasil penelitian, penyakit BSE menular ke sapi dengan masa inkubasi 1-2 tahun melalui penyuntikan otak sapi terinfeksi yang dihomogenasikan. Sehingga BSE diduga sangat erat hubungannya dengan agen infeksius yang dikenal sebagai scrapei-like agent.
Studi epidemiologi menunjukan, infeksi ilmiah memang dapat terjadi melalui daging dan produk tulang hewan terinfeksi yang dicampurkan ke dalam pakan hewan sebagai sumber protein suplemen.
Oleh karena itu, penularan penyakit di dalam suatu populasi ternak dapat dikatakan akibat daur ulang bahan-bahan hewan terinfeksi.
Derajat penularan rata-rata pada sapi yang telah tercemar penyakit BSE sangat rendah.
Tingginya kasus penyakit BSE disebabkan populasi ternak sapi Inggris yang sebenarnya telah tercemar penyakit ini dalam jangka waktu cukup lama.
Masa inkubasi penyakit BSE secara ilmiah berlangsung selama 4-5 tahun.
Sehingga pelarangan penggunaan bahan pakan asal ternak terinfeksi sebagai suplemen protein tidak cukup waktu untuk mengendalikan penyakit ini secara klinis. Penularan secara langsung dari hewan terinfeksi ke hewan sehat belum diketahui secara pasti sampai saat ini.
Demikian pula halnya dengan uji diagnostik laboratorium untuk penyakit ini pada hewan hidup belum tersedia, karena sifat penyakit yang tidak menimbulkan respon kekebalan terhadap serangan penyakit BSE. Selama ini hewan yang terinfeksi hanya dapat diketahui setelah tampak gejala klinis yang nyata. Lamanya masa inkubasi penyakit BSE merupakan ciri khas dari penyakit scrapie-like.
Penyebab Utama penyakit Sapi Gila
Penyebab utama penyakit BSE belum banyak diketahui sampai sekarang. BSE hanya diketahui sebagai penyakit gangguan system syaraf pusat yang mirip dengan penyakit scrapie.
Ekstrak otak hewan terserang BSE dilaporkan mengandung fibril abnormal yang sangat mirip dengan scrapie associated fibrils (SAF). Fibril yang dijumpai tersebut adalah turunan dari host-coded protein normal (PrP) yang mengalami modifikasi pascatransisi secara abnormal.
Keberadaan SAF ini merupakan ciri khas lain dari transmissible spongioform encephalopathies yang juga ciri BSE.
Sehubungan lamanya masa inkubasi penyakit BSE yang menyerupai penyakit scrapie, maka informasi mengenai sifat agen penyebab BSE berasal dari sifat-sifat scrapie itu sendiri.
Agen BSE berukuran sangat kecil dan mampu melewati saringan bakteriologis sehingga mirip virus atau berukuran subvirus. Sifat agen penyebab BSE lainnya adalah berupa virus atipikal yang tahan terhadap perlakuan fisikokimia seperti panas, radiasi ultra violet maupun ionisasi.
Di lain pihak, agen BSE tidak menimbulkan peradangan pada otak dan tidak menimbulkan respon kekebalan pada ternak terinfeksi seperti penyakit scrapie. Berbagai teori agen penyebab penyakit ini telah dilaporkan, namun penyebab utamanya belum diketahui secara pasti.
Sampai saat ini, uji diagnostic laboratorium rutin untuk mengidentifikasi hewan terinfeksi penyakit BSE sebelum gejala klinis timbul belum tersedia. Oleh karena itu, diagnose umumnya tergantung gejala klinis hasil pengamatan pada hewan yang telah terserang diikuti dengan konfirmasi pemeriksaan patologis, khususnya pemeriksaan mikroskopis pada jaringan syaraf pusat.
Diagnosa klinis juga dapat dikonfirmasikan berdasarkan pemeriksaan dengan mikroskop elektron, pemeriksaan biokimiawi atau deteksi SAF secara imunositokimia atau kandungan protein yaitu modifikasi PrP.
Gejala klinis BSE merupakan campuran dari gangguan syaraf dan gangguan umum. Gangguan syaraf akan menunjukkan gejala gangguan mental pada hewan berupa ketakutan, kelesuan, dan kegugupan. Hewan terinfeksi akan memisahkan diri dari kelompoknya dan enggan memasuki ruangan pemerah susu.
Selanjutnya, hewan terinfeksi akan memperlihatkan abnormalitas dalam postur tubuh dan gerakan seperti kepincangan kaki belakang, kejang, gemetar serta jatuh. Hewan sering terlihat sulit untuk bangun berdiri.Perubahan ini biasanya diikuti oleh sifat mudah terangsang sentuhan maupun suara.
Sebagaimana halnya dengan hewan yang sakit, gangguan umum juga dapat diamati pada hewan terinfeksi BSE seperti penurunan kondisi tubuh, kehilangan berat badan, dan penurunan produksi susu.
Secara mikroskopis, perubahan yang terjadi umumnya berupa kerusakan jaringan otak yang bersifat nonperadangan. Kerusakan yang penting umumnya terlihat berupa vakualisasi neuron secara bilateral simetris, vakualisasi makrositik yang dikenal sebagai perubahan spongioform dari neuropil grey matter. Selanjutnya diikuti oleh hipertrofi astrosit yang disertai dengan vakualisasi dan amyloidosis cerebral.
Karena belum diketahuinya respon kekebalan terhadap infeksi penyakit ini, maka vaksinasi untuk pencegahan penyakit ini belum dapat dilakukan.
Sumber infeksi yang diketahui adalah pakan ternak yang terkontaminasi dengan daging dan tepung tulang suplemen dari hewan terinfeksi.
Pencegahan penyakit dapat dilaksanakan berdasarkan pengurangan kontaminasi pakan ternak tersebut melalui penerapan kebijaksanaan yang ketat terhadap impor hewan hidup, daging, dan tepung tulang dari negara-negara yang mengalami wabah BSE.